FIGHT Esports: Laga Utama Esports di Indonesia Perlu Lebih Inklusif

Computory.com – Kompetisi Esports di Indonesia makin populer, terutama untuk game-game mobile. Seperti Mobile Legends dengan turnamen eSports Mobile Premier League (MPL).

Dilaporkan Esports Chart, game mobile masih memimpin jajaran turnamen populer pada 20221 kemarin.

Hal ini didasarkan pada jumlah jam tayang (watch hours) turnamen tersebut. Indonesia sendiri menempati urutan pertama dengan rata-rata jam tayang 23.4%. 

Salah satu turnamen eSports game mobile yang paling terkenal di Indonesia merupakan Mobile Premier League (MPL). MPL Mobile Legends Bang Bang (MLBB) merupakan laga utama yang diselenggarakan oleh Moonton.

Turnamen ini digelar dengan tujuan untuk menciptakan ekosistem esports untuk tim dan pemain pro tampil dan dikenal oleh para penggemar MLBB. Hingga kini, MPL telah melaju hingga Season 8 di Indonesia. 

Adanya MPL ini jadi angin segar bagi para pemain MLBB untuk unjuk gigi dan meraih gelar tertinggi dalam turnament Mobile Legends. Akan tapi sayangnya, tidak semua pemain game bisa berpartisipasi dalam musim regular MPL untuk maju ke playoff.

Hal ini dikarenakan, hanya tim esports yang telah terdaftar di MPL sajalah yang bisa mengikuti laga. 

ONIC juara MPL Season 8. (MPL Indonesia)ONIC juara MPL Season 8. (MPL Indonesia)

Pemilihan tim yang bisa bergabung ke dalam MPL sangat ketat. Setidaknya sebuah tim harus memiliki badan usaha berupa perseroan terbatas (PT), memiliki pelatih, gaming house, dan fan base, juga lakukan marketing effort yang tinggi untuk timnya. Adanya persyaratan yang sulit ini, membuat hanya tim-tim besar sajalah yang mampu berpartisipasi.  

Arya Jamil, Business Development FIGHT Esports Indonesia turut menanggapi ekslusivitas dalam laga primer esports tersebut.

Adanya eksklusivitas ini menunjukkan bahwa MPL masih fokus ke bisnis dan mempromosikan tim esports besar saja, padahal mungkin saja ada banyak sekali tim amatir yang layak maju ke MPL,” ungkap Arya. 

Meskipun demikian, Arya juga menambahkan hal tersebut wajar terjadi dalam segi bisnis.

Sejatinya, apa yang dilakukan oleh MPL sangat realistis dalam memastikan jalannya bisnis turnamen ini dan bisa memastikan tim yang bergabung mampu beroperasi secara mandiri. Akan tapi disisi lain, sistem yang mereka implementasikan membuat tim baru kesulitan untuk berpartisipasi. Tim yang berlaga hanya ini-ini saja,” ungkapnya 

Idealnya untuk mengembangkan sebuah ekosistem esports yang sehat seperti marwah awal MPL, sebuah turnamen baiknya bisa diakses oleh tim esports, terlepas dari seberapa besar tim tersebut.

Sejatinya sebuah laga ini mengadu talent terbaik di bidangnya. MPL bisa tetap menerapkan mekanisme seleksi tim seperti yang telah mereka lakukan, namun bisa menambahkan juga slot untuk open qualifier. Sehingga tim amatir juga bisa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkompetisis di MPL, meskipun dengan kuota terbatas,” lanjut Arya. 

Arya ajak supaya penyelenggara turnamen esports sama-sama membuka tangan untuk menyambut para pemain, baik ini pemain pro ataupun pemain amatir. Mari bersama membangun ekosistem esports yang berdayakan pemain-pemain handal secara inklusif. 

Artikel ini terbit pertama kali di HITEKNO

Admin dari website Computory